Rabu, 23 Maret 2016

AL-IHSAN

           

Muwashafat yang ingin dicapai 

  1.  Mensyukuri nikmat Allah swt saat mendapatkan nikmat
  2.  IhsMengikhlaskan amal untuk Allah swt
  3.  an dalam Thaharah
  4.  Ihsan dalam shalat
  5.  Menjauhi dosa besar
  6.  Menahan anggota tubuh dari segala yang haram
  7.  Tidak takabbur
  8.  Tidak Imma'ah (asal ikut, tidak punya prinsip)
  9.  Melaksanakan hak kedua orang tua 

I. TUJUAN UMUM
 
I.    Mengerti tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan aqidah yang benar yang digali dari Al Qur`an, As Sunah, dalil-dalil naqli dan aqli, menanamkannya dalam jiwa, dan membersihkannya dari bid`ah dan khurafat yang mungkin mengotorinya.



    II. TUJUAN KOGNITIF

   I.   Mengerti tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan aqidah yang benar yang digali dari Al Qur`an, As Sunah, dalil-dalil naqli dan aqli, menanamkannya dalam jiwa, dan membersihkannya dari bid`ah dan khurafat yang mungkin mengotorinya.
   II. Memahami komitmen moral, operasional dan kualitas operasional dalam Islam.
   III. Menunjukkan dalil baik Qur’an atau Hadits tentang perintah ihsan 

IV. KEGIATAN PEMBELAJARAN
2.  Kegiatan Inti:
     Kajian tentang Ihsan
     Berdiskusi dan tanya jawab tema kajian (lihat tujuan kognitif, afektif dan psikomotor)
     Penekanan dari Murabbi tentang nilai dan hikmah yang terkandung dalam materi Ihsan
3.  Kegiatan Penutup:
     Tugas mandiri (Lihat Pilihan Kegiatan)
     Evaluasi

V. PILIHAN KEGIATAN

1.  Mengumpulkan ayat-ayat Al Qur`an yang menunjukkan pada tafakkur
2.   Mengumpulkan ayat-ayat tentang pentingnya berbuat Ihsan
3.  Mengumpulkan hadits-hadits yang menunjukkan hal di atas
4.  Menulis makalah tentang pentingnya berbuat Ihsan
5.  Mengumpulkan perkataan-perkataan orang muslim dan lainnya yang obyektif tentang pentingnya berbuat Ihsan
6.  Tafakur Alam

VII. TUJUAN TARBIYAH DZATIYYAH

1.  Tes akademis melalui pertanyaan, diskusi dan dialog menggunakan metode pencatatan untuk meyakinkan (menegaskan) tercapainya tujuan
2.  Tes kemampuan untuk membandingkan sejauh mana tujuan telah tercapai


VII. TUJUAN TARBIYAH DZATIYYAH
  

Menjelaskan tentang ihsan baik ihsanun niyyat maupun ihsanul amal



                    VIII. MUHTAWA


Rukun Agama


     Ruku Hadits kedua Arbain Nawawi menyebutkan tentang rukun agama (أَرْكَانُ الدِّيْنِ), yaitu
     ISLAM à komitmen operasional
     IMAN à komitmen moral
     IHSAN à kualitas operasional



Kaidah Tafsir
     Berkaitan dengan makna ISLAM dan IMAN, perlu dipahami dengan kaidah tafsir berikut:
     إذَا اجْتَمَعَا افْتَرَقَا (jika bersatu, maka berpisah)
     إِذَا افْتَرَقَا اجْتَمَعَا (jika berpisah, maka bersatu)
     Maksudnya:
     Jika kata Islam dan Iman ada dalam satu ayat (bersatu), maka artinya berbeda (berpisah): Islam terkait amal perbuatan, Iman terkait keyakinan dalam hati (49:14)
     Jika hanya disebutkan salah satu saja dalam satu ayat (berpisah), maka maknanya meliputi keduanya (bersatu): hanya disebut Islam saja, maka maknanya termasuk Iman atau disebut Iman saja, maka maknanya termasuk Islam (3:139) 


IHSAN karena Muraqabatullah  


     Ihsan berkaitan dengan kualitas kerja (operasional)
     Oleh karena itu, ihsan akan muncul jika perasaan terhadap PENGAWASAN ALLAH (مُرَاقَبَةُ اللهِ) senantiasa ada à kerjanya selalu sesuai dengan tuntutan yang ada, meski tidak ada mandornya
     Rasul SAW bersabda tentang IHSAN:
أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
“Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihatNya; jika kamu tidak dapat melihatNya maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Bukhari-Muslim
 
     Ihsan berkaitan dengan kualitas kerja (operasional)
     Oleh karena itu, ihsan akan muncul jika perasaan terhadap PENGAWASAN ALLAH (مُرَاقَبَةُ اللهِ) senantiasa ada à kerjanya selalu sesuai dengan tuntutan yang ada, meski tidak ada mandornya
     Rasul SAW bersabda tentang IHSAN:



أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

 
“Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihatNya; jika kamu tidak dapat melihatNya maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Bukhari-Muslim

     Ihsan berkaitan dengan kualitas kerja (operasional)
     Oleh karena itu, ihsan akan muncul jika perasaan terhadap PENGAWASAN ALLAH (مُرَاقَبَةُ اللهِ) senantiasa ada à kerjanya selalu sesuai dengan tuntutan yang ada, meski tidak ada mandornya
     Rasul SAW bersabda tentang IHSAN:


أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

 
“Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihatNya; jika kamu tidak dapat melihatNya maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Bukhari-Muslim

    Niat Yang Ikhlas



     النِّيَّةِ Niat Yang Ikhlas
 
     Unsur pertama dari Ihsan adalah NIAT YANG IKHLAS
     Setiap sesuatu dapat ternoda oleh yang lain
     Jika sesuatu itu bersih dan terhindar dari kotoran, maka dinamakan KHALIS (اَلْخَالِصُ)
     Pekerjaan membersihkan disebut Ikhlas
     16:66 susu yang bersih disebut لَبَنًا خَالِصًا yang terhidar dari kotoran dan darah atau yang lainnya
     Niat yang ikhlas merupakan syarat diterimanya suatu amal:
      إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
     "Hanyasanya semua amal perbuatan itu dengan  disertai niat-niatnya dan hanyasanya bagi setiap orang itu apa yang telah menjadi niatnya.” (HR. Bukhari)
     

 

  Mengumpulkan Niat Baik


     Termasuk Ikhlas adalah mengumpulkan beberapa niat baik dalam satu amal
     Misalnya: Pergi halaqah dengan niat
     Silaturrahim
     Akan berinfaq fii sabilillah
     Thalabul ilmi (menuntut ilmu)
     Tilawatil Qur’an
     Ingin memperbaiki diri
     Mencari ridho Allah
     Karena niat saja sudah dicatat satu kebaikan oleh Allah, sehingga satu amalan dengan beberapa niat baik akan mendapatkan beberapa pahala sekaligus
      
 
 
     Ikhlas yang Berat

      Di masa dakwah belum mendapatkan peluang jabatan atau berbagai manfaat duniawi, tentu ikhlasnya lebih mudah
      Ikhlas dalam masa ini murni berkaitan dengan Allah saja
      Tetapi, di masa dakwah sudah memberikan peluang-peluang duniawi, maka ikhlas akan lebih berat lagi
      Nafsu manusia selalu cenderung kepada dunia, sehingga untuk membersihkan diri dari “kotoran ikhlas” ini akan lebih sulit lagi
      Contoh pribadi yang sangat menonjol dalam keikhlasan di masa kejayaan Islam adalah Khalid bin Walid (ia ridho menerima keputusan pemecatan dirinya oleh Khalifah Umar, padahal ia berhasil memenangkan Perang Yarmuk yang sangat spektakuler itu)
      Di masa dakwah belum mendapatkan peluang jabatan atau berbagai manfaat duniawi, tentu ikhlasnya lebih mudah
      Ikhlas dalam masa ini murni berkaitan dengan Allah saja
      Tetapi, di masa dakwah sudah memberikan peluang-peluang duniawi, maka ikhlas akan lebih berat lagi
      Nafsu manusia selalu cenderung kepada dunia, sehingga untuk membersihkan diri dari “kotoran ikhlas” ini akan lebih sulit lagi
      Contoh pribadi yang sangat menonjol dalam keikhlasan di masa kejayaan Islam adalah Khalid bin Walid (ia ridho menerima keputusan pemecatan dirinya oleh Khalifah Umar, padahal ia berhasil memenangkan Perang Yarmuk yang sangat spektakuler
 
    Amal yang rapi 


      الْعَمَلِ Amal yang rapi

     Setelah ikhlas, unsur ihsan berikutnya adalah kerja yang rapi (profesional)     Ciri utama kerja-kerja profesional adalah perhatiannya yang besar pada masalah detailasi (setiap faktor yang berpengaruh dihitung masak-masak) 


     Rasul SAW bersabda,
  



   إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلاً أَنْ يُتْقِنَهُ
     “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mencintai apabila mengerjakan salah seorang di antara kalian suatu pekerjaan dilakukan dengan rapi.”
     (HR. Thabrani dan Baihaqi)
     


    Amal Terbaik
 
      Allah pun ingin menguji di antara hambaNya siapakah yang paling baik amalnya (أَحْسَنُ عَمَلًا) 11:7, 18:7,30, 67:2
      Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan bahwa yang dimaksud ahsanu ‘amala adalah
      أَخْلَصُهُ (paling ikhlas)
       وَأَصْوَبُهُ(paling sesuai dengan Sunnah)
      Muhammad bin ‘Ajlan mengatakan: bukan yang paling banyak amalnya (أَكْثَرُ عَمَلاً)
      Jadi yang diinginkan oleh Allah adalah yang terbaik dari amal-amal kita
       

 
     Terbaik dalam Setiap Tahapan
     مَا
     Amal memiliki beberapa tahapan
     Perencanaan (planning)
     Pengorganisasian (organizing)
     Pelaksanaan (actuating)
     Pengawasan (controlling)
     Amal yang terbaik harus ada di setiap tahapan amal tersebut
     Bekerja dengan orang saja kita dituntut untuk yang terbaik, kalau ingin diakui dan dihargai pekerjaan kita
     Bagaimana dengan bekerja untuk Allah?
     Untuk bekal kita di akhirat lagi, tentu sudah seharusnya kita berikan yang terbaik
      

Penyelesaian yang baik 

     Jika dari awal sudah baik: niat dan pelaksanaannya, kemudian diakhiri dengan tidak baik, mungkin menjadikan hasil kerja sebelumnya jadi kurang baik
     Maka unsur yang ketiga dari ihsan adalah penyelesaian yang baik
     Contoh kecil:
     bila menggunakan ruangan, tata kembali seperti sedia kala
     Tidak meninggalkan kursi atau meja yang berantakan
     Yang paling malas biasanya membuat laporan pelaksanaan program (acara) à ini juga bagian dari jaudatul ada’, mesti diselesaikan dengan baik
     94:7 jika selesai melakukan suatu pekerjaan, kerjakan yang lainnya dengan sungguh-sungguh


  
  
 
amal yang ihsan

     Jika ketiga unsur ihsan itu sudah terpenuhi, maka berarti sudah melakukan amal yang ihsan
     Amal yang ihsan itu diwajibkan oleh Allah SWT dalam segala hal
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
“Sesungguhnya Allah mewajibkan ihsan dalam segala hal.”
(HR. Muslim)
     Dalam hadits tersebut Rasulullah SAW memberi contoh dalam masalah penyembelihan à kepada binatang saja kita wajib ihsan, apalagi kepada manusia


Balasan ihsan 
حُبٌّ مِنَ اللهِ
     Bagi orang yang berbuat ihsan Allah akan memberikan beberapa balasan
     Yang pertama adalah memperoleh cinta dari Allah SWT (2:195, 5:13)
     Dan jika Allah sudah mencintai seorang hamba, maka:
فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ
Jika Aku mencintainya jadilah aku sebagai pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, dan sebagai penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, dan sebagai tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan sebagai kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Dan jika ia meminta (sesuatu) kepadaKu pasti Aku akan memberinya, dan jika ia memohon perlindungan dariKu pasti Aku akan melindunginya”. (HR Bukhari)



 

    Pahala dari allah 
      
َجْرٌ مِنَ اللهِ
 

     Balasan kedua bagi orang yang ihsan adalah mendapatkan balasan dari Allah SWT
     3:148 balasan di dunia dan akhirat
     55:60 tidak ada balasan bagi ihsan kecuali ihsan lagi, yaitu sorga
     10:26 bagi yang ihsan akan mendapatkan al-husna (sorga) dan bonus (ziyadah), yaitu
     Dilipatgandakan 10 – 700 kali lipat, bahkan lebih dari itu
     Melihat Allah; inilah grand bonus-nya
      

Pertolongan dari allah   
نَصْرٌ مِنَ اللهِ


 
     Yang ketiga, bagi orang yang ihsan akan mendapatkan pertolongan dari Allah
     16:128, 29:69 orang yang ihsan selalu disertai oleh Allah secara khusus, sehingga segala kesulitan dan bencana yang menimpa akan selalu mendapatkan pertolongan dari Allah
     Mendapatkan kemudahan
     Mendapatkan petunjuk
     Mendapatkan jalan keluar
     Dimenangkan dari musuh-musuhnya
      



    Ibrah dari Perang Hunain

    Perang Hunain memberikan pelajaran berharga dalam masalah ihsan di peperangan
    Awalnya mayoritas pasukan Islam kurang ihsan karena bertumpu pada jumlah yang besar, bukan pada kualitas dan iman
    Pasukan kocar-kacir, karena mendapatkan serangan panah tiba-tiba
    Meskipun Rasulullah SAW bersabda, “Kemarilah wahai semua orang. Aku adalah Rasul Allah. Aku Muhammad bin Abdullah.”
    Tapi mereka tidak peduli, lari aja yang ada di benak mereka
     

  
     Setelah Abbas ra menyeru orang-orang yang berbaiat di baiatur ridwan dan juga orang-orang Anshar, maka pasukan dapat tertata kembali
     Serangan pasukan yang sudah tertata ini mengalahkan musuh dan umat Islam mendapatkan kemenangan yang besar
     Dalam perang itu juga Rasulullah berdoa, “Ya Allah, turunkanlah pertolonganMu.”
     Rasul pun melemparkan pasir yang membuat pasukan kafir tidak dapat melihat 

     PENUTUP
  

   Ihsan adalah puncak prestasi dalam ibadah, muamalah, dan akhlaq. Oleh karena itu, semua orang yang menyadari akan hal ini tentu akan berusaha dengan seluruh potensi diri yang dimilikinya agar sampai pada tingkat tersebut. Siapa pun kita, apa pun profesi kita, di mata Allah tidak ada yang lebih mulia dari yang lain, kecuali mereka yang telah naik ke tingkat ihsan dalam seluruh sisi dan nilai hidupnya. Semoga kita semua dapat mencapai hal ini, sebelum Allah swt mengambil ruh ini dari kita. Wallahu a'lam bish shawab
    

  KESIMPULAN

 ihsan (Arab: احسان; "kesempurnaan" atau "terbaik") adalah seseorang yang menyembah Allah seolah-olah ia melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu membayangkan melihat-Nya, maka orang tersebut membayangkan bahwa sesungguhnya Allah melihat perbuatannya.
   
   Ihsan adalah lawan dari isa'ah (berbuat kejelekan), yaitu seorang manusia mencurahkan kebaikan dan menahan diri untuk tidak mengganggu orang lain. Mencurahkan kebaikan kepada hamba-hamba Allah dengan harta, ilmu, kedudukan dan badannya.