Jumat, 29 Januari 2016

ADAB MENUNTUT ILMU




ADAB / ETIKA MENUNTUT ILMU

(Dalam beribadah seolah-olah engkau melihat Allah, dan jika tidak melihat Allah, seolah-olah engkau dilihat Allah)

MOTTO :TIDAK ADA YANG BISA DILAKUKAN TANPA ILMU  AL-HADIST
Barang siapa yang menginginkan kebahagiaan di dunia haruslah dengan ilmu.
Barang siapa yang menginginkan kebahagiaan akhirat juga harus dengan ilmu,
dan barang siapa yang menginginkan kebahagiaan dunia akhirat juga harus dengan ilmu
Mengapa Harus dengan Ilmu ?
Suatu Perbuatan untuk bisa menjadi amal shalih / amal ibadah (mahdhah maupun ghairu mahdhah) manakala :
-          Dilakukan dengan cara yang baik & benar
-          Dilakukan dengan niat yang baik
Cara yang baik dan benar :sesuai dengan ilmunya


KEDUDUKAN ORANG YANG BERILMU
 
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Q.S. Al-Mujadalah :11)   Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (Q.S. Az-Zumar (39) : 9)
Dalam sebuah Hadist Riwayat Bukhari & Muslim :


الدين في يفقهه خيرا به الله يرد من

“Barang siapa yang dikehendaki Allah untuk menjadi orang baik-baik, maka ia difaqihkan dalam agama”
Arti difaqihkan adalah dipintarkan dengan ilmu 

Adab / Etika dalam Menuntut Ilmu

Dalil

"Barangsiapa yang menuntut ilmu yang dipelajari hanya karena Allah, sedang ia tidak menuntutnya kecuali untuk mendapatkan mata-benda dunia, ia tidak akan mendapatkan bau sorga pada hari kiamat".
( HR: Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah)

APA ITU NIAT ?

QOSHDU SYAI MUQTARINAN BIFI’LIHI

(melalukan suatu perbuatan dengan kesadaran penuh sepanjang perbuatan itu berlangsung)
 

 


Artinya : Niat bukan hanya di awal perbuatan Niat juga bukan hanya sekedar bacaan (membaca niat) Niat merupakan penggabungan seluruh potensi hati, pikiran dan perbuatan  

 Dengan Istilah lain : Niat adalah penggabungan seluruh potensi manusia, yang meliputi : Potensi IQ
PotensiEQ  
Potensi SQ 
 Karena dengan kesadaran penuh menggabungkan seluruh potensi   maka niat akan menghasilkan hubungan (rasa sambung  / tuning) yang terus menerus dengan Allah dalam melakukan setiap perbuatan
  NIAT YANG BAIK = IKHSAN 

(Dalam beribadah seolah-olah engkau melihat Allah, dan jika tidak melihat Allah, seolah-olah engkau dilihat Allah)
IKHSAN à IHKLAS
(Niat untuk mencapai ridlo Allah SWT)
 

 

Maka kecelakaanlah bagi orang yang sholat. (yaitu) orang yang lalai dari sholatnya, orang-orang yang berbuat riya dan enggan (menolong) barang berguna.” (QS. Al-Maa’uun : 4-7)


IKHSAN & IKHLAS adalah ULTIMATE GOAL

Seseorang yang tidak bisa mencapai IKHSAN & IKHLAS dalam BELAJAR akan menimbulkan perasaan :
·       
            GELISAH

·         TAKUT
·         KECEMASAN
·         KECEWA
·         SPIRITUAL PHATOLOGYS
·         INILAH MAKSUD DARI HADIS RASULULLAH :
 


·       INILAH MAKSUD DARI HADIS RASULULLAH :

“Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung niat. Dan seseorang diganjar sesuai dengan niatnya.”
(HR. Bukhari Muslim)

”Maka barang siapa hijrahnya didasari (niat) karena Allah dan Rasulullah, maka hijrahnya akan sampai diterima oleh Allah dan Rasulullah. Dan barang siapa hijrahnya didasari (niat) karena kekayaan dunia yang akan didapat atau karena perempuan yang akan dikawini , maka hijrahnya (tertolak) pada apa yang ia hijrah kepadanya.” (HR. Muttafaqun Alaih)

2. Untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya dan orang lain.

DALIL
 "Sampaikanlah dariku walupun cuma satu ayat
(HR: Bukhari)

Imam Ahmad berkata: Ilmu itu tidak ada bandingannya apabila niatnya benar. Para muridnya bertanya: Bagaimanakah yang demikian itu? Beliau menjawab: ia berniat menghilangkan kebodohan dari dirinya dan dari orang lain.

3. Berniat dalam menuntut ilmu untuk membela kebenaran
4. Lapang dada dalam menerima perbedaan pendapat
5. Mengamalkan ilmu yang telah didapatkan
6. Menghormati para guru/ulama dan memuliakan mereka
7. Mencari kebenaran dan sabar

Bagaimana cara memilih ilmu, guru dan teman dalam belajar ??
Memilih Ilmu :
Hendaknya memilih ilmu yang lebih baik dan ilmu yang sedang dibutuhkan dalam urusan agama dan dibutuhkan di masa-masa akan datang.
Memilih Guru :
Sebaiknya memilih orang yang lebih alim (pandai),wara (menjaga harga diri) dan lebih tua.
Memilih Teman :
Pilihlah teman yang rajin, wira’i (memelihara diri dari yang haram), bertabiat benar, dan saling pengertian, jauhilah teman yang malas, banyak bicara sia-sia, perusak dan tukang fitnah.
Menghormati Ilmu dan Menghormati Guru adalah salah satu kunci keberkahan

ADAB DALAM MAJLIS

Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”

(Q.S. Al-Mujadalah :11)
Dalil Keutamaan Penuntut Ilmu (1)
“Barang siapa menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu, niscaya Allah
Akan memudahkan baginya jalan menuju surga”.
 (HR: Muslim)
 


DALIL KEUTAMAAN PENUNTUT ILMU
Barangsiapa yang Allah kehendaki baginya kebaikan, maka Allah jadikan ia faham dalam masalah agama.”

(Hadits shahih)

KESIMPULAN:

ilmu itu harus dicapai sampai batas usaha yang maksimal. Syarat dakwah:
1.    Aqidah yang benar, seorang yang berdakwah harus meyakini kebenaran ‘aqidah Salaf tentang Tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah, Asma’ dan Shifat, serta semua yang berkaitan dengan masalah ‘aqidah dan iman.
2.    Manhajnya benar, memahami Al-quran dan As-sunnah sesuai dengan pemahaman Salafush Shalih.
3.    Beramal dengan benar, semata-mata ikhlas karena Allah dan ittiba’ (mengikuti) contoh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak mengadakan bid’ah, baik dalam i’tiqad (keyakinan), perbuatan, atau perkataan.